Sabtu, 10 Mei 2008

we see shitt every day!!

Coba kita setel televisi kita jam-jam tujuh malam sampai jam sembilan malam, kita akan melihat sampah-sampah berserakan di layer kaca kita, bagaimana seorang bocah kecil smp sudah mulai pacar-pacaran di sebuah sinetron, mereka berdandan, berbicara, bahkan memaki-maki seperti orang dewasa, bahkan dalam satu adegan digambarkan seorang murid yang melawan kepada gurunya. Saya rasa pemerintah sudah tidak mempunyai kepedulian lagi kepada Ahlak generasi muda kita ini, atas nama kebebasan dan demokrasi setan!, pemerintah tidak bisa melarang kebebasan berekspresi dari para pembuat sinetron, tidak peduli walaupun tayangan itu baik atau tidak.

Sampah-sampah berserakan dilayar kaca kita setiap hari setiap waktu, pagi hari infotainment menayangkan gossip-gosip para pesohor negri ini, seakan-akan semua artis itu adalah para pahlawan yang harus di hormati dan beritanya harus di ketahui oleh seluruh masyarakat negri ini, dari mulai urusan politik, urusan harga bahan bakar, bahkan urusan Agama dan poligami pun artis dijadikan narasumbernya. Ada apa dengan orang-orang di negri ini demi masuk Tv orang rela meminta-minta, mengemis bahkan meminta belas kasihan dari para juri(penonton), supaya memenangkan dirinya dalam kontes nyanyian, demi ketenaran rela meledek orang tua di televisi yang di siarkan secara nasional, seakan-akan terkenal itu adalah suatu kebanggaan, dapat masuk tv merupakan suatu prestasi tertinggi. Dalam angan-angan masyarakat kita ketenaran merupakan jalan keluar, ya,mungkin karena dengan masuk tv mereka bisa mendapat sejumlah uang yang jumlahnya besar, oleh sebab itu demi terkenal dan atas nama profesionalisme mereka merasa boleh melakukan apa saja bahkan sesuatu yang bertentangan dengan moral bahkan yang bertentangan dengan akal sehatnya sendiri.

Persetan!, dengan berbagai alasan yang di kemukakan para selebriti negri ini, profesionalisme, seni, atau apapun pada akhirnya adalah uang yang bicara, bagaimana mereka bisa bicara tentang profesionalisme kalau mereka tak dibayar. kita di bawa kealam angan-angan kosong dari para pembuat tayangan-tayangan yang tak bermutu ini bagaimana para pelajar kita sekarang ini sudah mulai terjerumus kedalam pergaulan bebas, sinetron mulai masuk kedalam kepala mereka hingga setiap hari hanya cinta-cinta murahan saja sehingga belajar bukan merupakan prioritas pertama bagi mereka, meskipun saya tidak mengatakan bahwa semua pelajar kita melakukan seperti itu, banyak para pelajar kita yang berprestasi tapi, yang mau saya kemukakan disini adalah sinetron telah mengajarkan bahwa prestasi bukanlah suatu kebanggaan tetapi hura-hura, kaya, pacaran dan semua yang bernama “gaul” yang di jadikan patokan nilai baik dalam sinetron..

Saya masih ingat dulu di jaman orde baru di stasiun Tpi ada suatu tayangan pendidikan, yaitu tayangan dari depdibud tentang bagaimana cara menjawab soal-soal fisika, matematika, dan pelajaran yang lain secara mudah, kemana tayangan-tayangan seperti ini, kemana tayangan pendidikan perginya, apakah sudah tidak ada kepedulian lagi dari para pemilik stasiun tv dengan nasib pendidikan kita, dimana pemerintah apakah hanya bisa menetapkan standar nilai yang tinggi tapi tidak bisa memberikan masyarakatnya suatu tayangan pendidikan tak bisakah pemerintah memaksakan kepada para pemilik stasiun tv untuk menayangkan salah satu program pendidikan di Tvnya, kalau pemerintah tidak bisa berbuat banyak, lalu apa gunannya pemerintah itu ada, lebih baik kita bubarkan saja pemerintahan.

Saya menghimbau keras kepada semua pihak yang berhubungan dengan semua ini, khususnya dari para pemilik stasiun tv, para pembuat sinetron, para artis, supaya sadar dan peduli kepada para penerus kita yaitu generasi muda. Saya hanya seorang buruh pabrik yang tidak mempunyai kepentingan apapun baik dengan partai apapun, karena saya tidak percaya lagi dengan partai, tetapi merupakan suatu kewajiban bagi saya untuk melakukan suatu perubahan dan memberikan kontribusi bagi kebaikan negri ini dalam kapasitas yang kecil ini, apalagi saya mempunyai seorang adik perempuan yang mulai beranjak dewasa, kalau saya di beri pilihan melarang seratus sinetron untuk melindungi sejuta pemuda kita, akan saya lakukan tanpa banyak bicara dan kompromi, tetapi itu bukan tugas saya, itu merupakan tugas dari para pemimpin kita, itupun kalau mereka peduli dengan nasib generasi muda.


Aryo Baskoro

Tidak ada komentar: